Rabu, 02 Januari 2019

2020 dan Tantangan Dunia Kerja


Tahun 2020 merupakan tahun yang cukup vital bagi Indonesia dikarenakan pada tahun ini merupakan check point dari bangsa Indonesia pasca pemilihan presiden. Entah pempimpinnya ganti atau tidak pastinya akan berpengaruh terhadap banyak aspek, salah satunya peluang dunia kerja. Selain itu isu global seperti revolusi industri 4.0 juga akan berpengaruh baik dari segi mindset industri maupun sumber daya manusianya. Kenapa saya menyoroti tahun ini? Karena di tahun ini pula saya akan survive dari dunia kuliah dan terjun ke level berikutnya yaitu dunia kerja, semoga saja hehe.

Memangnya ada apa pasca tahun politik?
Bila melihat pola-pola sebelumnya, pasca pilpres biasanya ada rekrutmen besar-besaran baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Mungkin ada faktor dorongan dari pemerintah dalam dalam rangka memenuhi janji politik ketika kampanye. Selain itu juga program dan kebijakan pemerintah dapat berpengaruh karena pastinya nanti prioritas pemerintah juga akan berubah. Seperti contohnya pada tahun 2014, pemerintahan yang baru menggalakan program tol laut yang berdampak pada industri maritim di Indonesia. Entah apa yang akan jadi prioritas dari pemerintah pada tahun 2020 nanti

Revolusi Industri 4.0?
“Jangankan 4.0, 0.0 pun kita belum siap” begitu celetukan Prof. Abdullah Shahab, guru besar Teknik Mesin ITS, pada sidang senat terbuka pemilihan calon rektor ITS kala para calon berulang kali menyinggung revolusi industri 4.0. Dalam segi kesiapan industri, Indonesia memang belum cukup siap untuk agenda global ini. Dari dunia maritim saja, teknologi yang digunakan pada kapal Indonesia pun masih menggunakan teknologi perang dunia ke 2. Meskipun begitu, kita tidak bisa mengelak bahwa revolusi industri 4.0 telah membawa pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Seperti kisah fenomenal ojek online yang berkembang sangat masif dan juga financial technology yang telah merubah kecenderungan konsumen masa kini. Selain mindset generasi millenial yang terkena dampak dari kemudahan teknologi digital, dunia kerja pun juga sama terpengaruhnya. Para job seeker dapat dengan mudah melamar pekerjaan online melalui website glints.com yang berafiliasi dengan 15270 perusahaan di seluruh dunia. Semua itu membuktikan bahwa siap atau tidak, revolusi industri 4.0 memang nyata dan harus kita hadapi.

Bagaimana Peluang Kita dan Apa yang Harus Disiapkan?
Pergeseran kebutuhan oleh perkembangan teknologi ini menyebabkan pasar lapangan pekerajaan kini juga mengalami perubahan akan kompetensi yang dibutuhkan. The World Ecomomic Forum telah merilis Top Ten Skills in 2020 kemampuan yang paling dibutuhkan di tahun 2020 nanti dimana dari semua skill tersebut tidak bisa didapatkan di bangku akademik. Contohnya untuk 5 kemampuan teratas yaitu, complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, dan coordinating with other. Bisa kita liat bahwa mau tidak mau kita harus mengasah kemampuan tersebut di luar agenda akademik, misalnya di organisasi, kegiatan volunteer, kompetisi, atau di forum-forum. Namun semua kemampuan tersebut masih samar-samar atau tidak akan terlalu terlihat ketika kita dalam proses belajar. Maksudnya, sulit bagi kita untuk tahu seberapa buruk atau baik kita dalam kemampuan tersebut, ambil contoh berpikir kritis, kita tidak akan tahu betapa kritisnya kita karena yang bisa menilai adalah orang lain (lebih-lebih untuk dunia kerja). Berbeda dengan kemampuan akademis yang mana bisa kita nilai sendiri, apabila kita merasa paham maka itu sudah cukup.

Oleh sebab itu banyak yang merasa kurang tahu bagaimana cara menyiapkan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja, termasuk saya sendiri. Contohnya saja, saya telah menorehkan berberapa prestasi di kompetisi karya tulis ilmiah tingkat nasional dan internasional. Namun pernah terpikir oleh saya, apakah itu sudah cukup untuk membuktikan kompetensi? Apakah dunia kerja nanti memang membutuhkan prestasi saya itu? Hingga pada akhirnya berberapa saat yang lalu seorang kawan saya yang baru lulus bulan September lalu memberi kabar bahwa dia baru saja diterima kerja oleh sebuah world class company di bidang petrochemical yang terletak di Kota Cilegon. Bahkan dia juga sempat menolak untuk penempatan di Perancis atau Thailand oleh perusahaan tersebut. Dan kalimat yang diucapkannya ke saya setelah itu adalah, “Gak nyesel dulu presentasi di Thailand pas lomba, userku tertarik banget sama itu”. Perkataan dia cukup melegakan saya atas keraguan saya di atas. FYI dia adalah kawan setim saya kala berkompetisi di Thailand tahun lalu walaupun kami gagal meraih juara saat itu. Dia juga pernah bercerita bahwa pernah menolak tawaran dari sebuah perusahaan gas asing dimana dia sudah sampai pada tahap akhir kala itu karena merasa perusahaan tersebut kurang ‘bersih’. Dan menariknya dia sampai pada tahap itu karena bantuan relasinya semasa masih aktif berorganisasi saat masih kuliah.

Pergeseran zaman dan teknologi serta tingginya persaingan di dunia kerja pada tahun 2020 memaksa kita untuk menyiapkan kompetensi dan perbanyak relasi agar bisa bersaing di dunia kerja nanti, terlepas dari peluang besar pasca berakhirnya tahun politik. Kompetensi itu bisa didapatkan di organisasi, kompetisi, dan kegiatan-kegiatan lain. Selain itu kita bisa menyiapkan kompetensi kita dengan mengikuti sertifikasi keahlian profesional sesuai dengan bidang profesi. Seperti pada keprofesian engineer seperti saya bisa mengikuti sertifikasi K3 Umum atau bidang khusus, sertifikasi manajeman ISO 9001, dan lain sebagainya. Sertifikasi seperti itu rasanya lebih menjual dan membuktikan kompetensi dibanding mengikuti kegiatan kemahasiswaan di kampus, walaupun tentu keduanya juga sama-sama baik. Setiap mahasiswa harus mempunyai orientasi sendiri ke arah mana dia akan mengembangkan diri. Dan pada akhirnya kita akan terjun di arena persaingan yang sama dan siapa yang paling memenuhi kebutuhan perusahaan dia lah yang menang.
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme