Tahun 2020 merupakan tahun yang cukup vital bagi Indonesia dikarenakan pada
tahun ini merupakan check point dari bangsa Indonesia pasca
pemilihan presiden. Entah pempimpinnya ganti atau tidak pastinya akan
berpengaruh terhadap banyak aspek, salah satunya peluang dunia kerja. Selain
itu isu global seperti revolusi industri 4.0 juga akan berpengaruh baik dari
segi mindset industri maupun sumber daya manusianya. Kenapa saya menyoroti
tahun ini? Karena di tahun ini pula saya akan survive dari
dunia kuliah dan terjun ke level berikutnya yaitu dunia kerja, semoga saja hehe.
Memangnya ada apa pasca tahun politik?
Bila melihat pola-pola sebelumnya, pasca pilpres biasanya
ada rekrutmen besar-besaran baik dari instansi pemerintah maupun swasta.
Mungkin ada faktor dorongan dari pemerintah dalam dalam rangka memenuhi janji
politik ketika kampanye. Selain itu juga program dan kebijakan pemerintah dapat
berpengaruh karena pastinya nanti prioritas pemerintah juga akan berubah.
Seperti contohnya pada tahun 2014, pemerintahan yang baru menggalakan program
tol laut yang berdampak pada industri maritim di Indonesia. Entah apa yang akan
jadi prioritas dari pemerintah pada tahun 2020 nanti
Revolusi Industri 4.0?
“Jangankan 4.0, 0.0 pun kita belum siap” begitu celetukan
Prof. Abdullah Shahab, guru besar Teknik Mesin ITS, pada sidang senat terbuka
pemilihan calon rektor ITS kala para calon berulang kali menyinggung revolusi
industri 4.0. Dalam segi kesiapan industri, Indonesia memang belum cukup siap
untuk agenda global ini. Dari dunia maritim saja, teknologi yang digunakan pada
kapal Indonesia pun masih menggunakan teknologi perang dunia ke 2. Meskipun
begitu, kita tidak bisa mengelak bahwa revolusi industri 4.0 telah membawa
pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Seperti kisah fenomenal ojek online
yang berkembang sangat masif dan juga financial technology yang
telah merubah kecenderungan konsumen masa kini. Selain mindset generasi
millenial yang terkena dampak dari kemudahan teknologi digital, dunia kerja pun
juga sama terpengaruhnya. Para job seeker dapat dengan mudah
melamar pekerjaan online melalui website glints.com yang
berafiliasi dengan 15270 perusahaan di seluruh dunia. Semua itu membuktikan
bahwa siap atau tidak, revolusi industri 4.0 memang nyata dan harus kita hadapi.
Bagaimana Peluang Kita dan Apa yang Harus Disiapkan?
Pergeseran kebutuhan oleh perkembangan teknologi ini
menyebabkan pasar lapangan pekerajaan kini juga mengalami perubahan akan
kompetensi yang dibutuhkan. The World Ecomomic Forum telah
merilis Top Ten Skills in 2020 kemampuan yang paling dibutuhkan
di tahun 2020 nanti dimana dari semua skill tersebut tidak
bisa didapatkan di bangku akademik. Contohnya untuk 5 kemampuan teratas yaitu, complex problem
solving, critical thinking, creativity, people management, dan coordinating with
other. Bisa kita liat bahwa mau tidak mau kita harus mengasah kemampuan
tersebut di luar agenda akademik, misalnya di organisasi, kegiatan volunteer,
kompetisi, atau di forum-forum. Namun semua kemampuan tersebut masih
samar-samar atau tidak akan terlalu terlihat ketika kita dalam proses belajar.
Maksudnya, sulit bagi kita untuk tahu seberapa buruk atau baik kita dalam
kemampuan tersebut, ambil contoh berpikir kritis, kita tidak akan tahu betapa
kritisnya kita karena yang bisa menilai adalah orang lain (lebih-lebih untuk dunia
kerja). Berbeda dengan kemampuan akademis yang mana bisa kita nilai sendiri,
apabila kita merasa paham maka itu sudah cukup.
Oleh sebab itu banyak yang merasa kurang tahu bagaimana
cara menyiapkan soft skill yang
dibutuhkan di dunia kerja, termasuk saya sendiri. Contohnya saja, saya telah
menorehkan berberapa prestasi di kompetisi karya tulis ilmiah tingkat nasional
dan internasional. Namun pernah terpikir oleh saya, apakah itu sudah cukup
untuk membuktikan kompetensi? Apakah dunia kerja nanti memang membutuhkan
prestasi saya itu? Hingga pada akhirnya berberapa saat yang lalu seorang kawan
saya yang baru lulus bulan September lalu memberi kabar bahwa dia baru saja
diterima kerja oleh sebuah world class
company di bidang petrochemical yang
terletak di Kota Cilegon. Bahkan dia juga sempat menolak untuk penempatan di
Perancis atau Thailand oleh perusahaan tersebut. Dan kalimat yang diucapkannya
ke saya setelah itu adalah, “Gak nyesel dulu presentasi di Thailand pas lomba,
userku tertarik banget sama itu”. Perkataan dia cukup melegakan saya atas
keraguan saya di atas. FYI dia adalah kawan setim saya kala berkompetisi di
Thailand tahun lalu walaupun kami gagal meraih juara saat itu. Dia juga pernah
bercerita bahwa pernah menolak tawaran dari sebuah perusahaan gas asing dimana
dia sudah sampai pada tahap akhir kala itu karena merasa perusahaan tersebut
kurang ‘bersih’. Dan menariknya dia sampai pada tahap itu karena bantuan
relasinya semasa masih aktif berorganisasi saat masih kuliah.
Pergeseran zaman dan teknologi serta tingginya persaingan
di dunia kerja pada tahun 2020 memaksa kita untuk menyiapkan kompetensi dan
perbanyak relasi agar bisa bersaing di dunia kerja nanti, terlepas dari peluang
besar pasca berakhirnya tahun politik. Kompetensi itu bisa didapatkan di
organisasi, kompetisi, dan kegiatan-kegiatan lain. Selain itu kita bisa
menyiapkan kompetensi kita dengan mengikuti sertifikasi keahlian profesional
sesuai dengan bidang profesi. Seperti pada keprofesian engineer seperti
saya bisa mengikuti sertifikasi K3 Umum atau bidang khusus, sertifikasi
manajeman ISO 9001, dan lain sebagainya. Sertifikasi seperti itu rasanya lebih
menjual dan membuktikan kompetensi dibanding mengikuti kegiatan kemahasiswaan
di kampus, walaupun tentu keduanya juga sama-sama baik. Setiap mahasiswa harus
mempunyai orientasi sendiri ke arah mana dia akan mengembangkan diri. Dan pada
akhirnya kita akan terjun di arena persaingan yang sama dan siapa yang paling
memenuhi kebutuhan perusahaan dia lah yang menang.